Rabu, 17 September 2008

Tan Malaka Disiapkan Menggantikan Bung Karno

Tan Malaka

Tan Malaka Disiapkan untuk Mengganti Bung Karno
Saturday, 28 July 2007

Kisah tentang Tan Malaka tak pernah usai. Misteri kematian Pahlawan Nasional ini baru terungkap setelah setengah abad berlalu. Dengan ketekunan luar biasa, Harry A Poeze, sejarawan Belanda, menyusun buku tentang tokoh ini.

Jika sewaktu-waktu Bung Karno mengalami bahaya dan tidak dapat menunaikan tugas, harus ada penggantinya. Tokoh yang dipilih Bung Karno adalah Tan Malaka. Tan Malaka sempat lolos dari tahanan bersama 50 gerilyawan anti-Belanda yang dipimpinnya. Namun, dia yang berpisah dan bergerak dalam rombongan kecil ditangkap Letnan Dua Soekotjo di Desa Selo Panggung, lereng Gunung Wilis yang berakhir dengan eksekusi.

Dia ditembak atas perintah Letnan Dua Sukotjo dari Batalyon Sikatan bagian Divisi Brawijaya yang terakhir berpangkat Brigadir Jenderal dan pernah menjadi Wali Kota Surabaya.

Data tersebut diperoleh dari kesaksian pelbagai pihak seperti rekan gerilya Tan Malaka, anggota Batalyon Sikatan, keterangan warga desa dan tokoh-tokoh angkatan 1945,” kata Poeze yang memulai riset Tan Malaka sejak tahun 1980. Poeze yang ditemui di Jakarta, Jumat (27/7) menjelaskan, Tan Malaka ditembak mati tanggal 21 Februari 1949.

Tokoh yang perjalanannya ditulis Harry A Poeze, diluncurkan Senin (30/7) di Jakarta, dalam edisi Bahasa Indonesia. Buku seberat 3,5 ini akan beredar dalam enam jilid yang terbit selama enam tahun. Tan Malaka atau Sutan Ibrahim
bergelar Datuk Tan Malaka lahir 2 Juni 1897 di Nagari Pandam Gadang, Suliki, Sumatera Barat. Saat datang ke
Semarang, dia menjadi akrab dengan Semaun yang sepikiran untuk membentuk generasi baru lewat pendidikan di sekolah. Langkah Tan Malaka digagalkan pemerintah Hindia Belanda dengan membuangnya ke Kupang, 1922, setelah
aktivitasnya di PKI menguat.

Dalam sebuah diskusi tentang sosok ini tujuh tahun lalu, Hadidjojo Nitimihardjo (Ketua Umum Partai Murba), Alex Paath (Sekjen Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia '66), dan Burhan Magenda (anggota DPR RI, saat itu) sepakat
menyebut Tan Malaka sebagai salah satu pemikir dan pejuang besar Indonesia.

Sebagai pejuang angkatan 1920-an, Tan Malaka, Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan lain-lain, adalah para pemikir yang mendalami ideologi-ideologi besar dunia, sehingga terlalu sempit untuk mengatakan Tan Malaka adalah seorang Marxis. Karya puncak pemikiran Tan Malaka dalam Madilog (materialisme, dialektika, logika), melukiskan bagaimana dia menggeluti berbagai agama. Nilai-nilai Marxisme dia ambil secara selektif dan didasari dialektika dengan pemikiran-pemikiran lainnya, bahkan Tan Malaka pun memperhitungkan faktor-faktor masyarakat di sekitarnya.

Tokoh penuh pemikiran ini ditangkap dan dijebloskan penjara pada 1946. Tetapi setelah tokoh peristiwa Madiun 1948,dia dikeluarkan begitu saja. Tak menunggu lama Tan Malaka kemudian merintis pembentukan Partai Murba, 7 November 1948 di Jogjakarta. Tetapi Februari 1949 dia menghilang.

Berdasarkan Keputusan Presiden RI No 53, yang ditandatangani Presiden Soekarno 28 Maret 1963 menetapkan Tan Malaka adalah seorang Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Harry Poeze yang juga Direktur KITLV Press (Institut Kerajaan Belanda untuk Studi Karibia dan Asia Tenggara) menambahkan, eksekusi yang terjadi selepas Agresi Militer Belanda ke-2 itu didasari surat perintah Pangdam Brawijaya Soengkono dan Komandan Brigade-nya Soerahmat. Seruan Tan Malaka yang menilai penahanan Bung Karno dan Bung Hatta di Bangka menciptakan kekosongan kepemimpinan serta enggannya elite militer bergerilya dianggap
membahayakan stabilitas.

Surya Online
http://www.surya.co.id/web Powered by Joomla! - @copyright Copyright (C) 2005 Open Source MattersG. Aenll errigahtetsd :r e2s1e Mrvaerdch, 2008, 23:33

Meskipun fokus utama buku Poeze adalah tokoh Tan Malaka, namun dengan cukup detail Poeze mengungkap situasi konkret menjelang dan sekitar Proklamasi Kemerdekaan.

Menurut Poeze, Menteri Sosial Republik Indonesia sudah setuju untuk mengerahkan tim forensik mencari sisa jenazah Tan Malaka. Tan Malaka sempat dijuluki Bapak Repoebliek Indonesia selepas pertengahan 1920-an karena menerbitkan buku Naar Repoebliek Indonesia (Menuju Repoebliek Indonesia) dalam Bahasa Belanda dan Melayu tahun
1924 di Kanton (sekarang Guang Zhou), Tiongkok.

Putra pertama almarhum R Soekotjo, Wahyono ketika dikonfirmasi tentang pernyataan sejarawan Belanda Harry A Poeze ini mengaku belum bisa berkomentar. Ia masih akan mengumpulkan cerita tentang perjalanannya orangtuanya selama menjadi anggota TNI. Untuk sementara saya belum bisa cerita, katanya. jho/kcm

Surya Online
http://www.surya.co.id/web Powered by Joomla! - @copyright Copyright (C) 2005 Open Source MattersG. Aenll errigahtetsd :r e2s1e Mrvaerdch, 2008, 23:33



Selasa, 16 September 2008

Perjanjian Linggar Jati

Perjanjian / Perundingan Linggar Jati - Diplomasi Sejarah Indonesia Nasional Antara Republik Indonesia dengan Belanda
Mon, 10/07/2006 - 2:53pm — godam64

Perjanjian linggar jati adalah suatu perjanjian yang dilakukan antara Sutan Sahmi dari pihak Indonesia dengan Dr.H.J. Van Mook dari pihak pemerintah Belanda. Kesepakatan linggar jati yang berlangsung selama 4 (empat) hari disepakati di sebuah desa linggar jati di daerah Kabupaten Kuningan.

Hasil perundingan tertuang dalam 17 pasal. 4 (Empat) isi pokok pada perundingan linggar jati adalah :

1. Belanda mengakui secara defacto wilayah RI / Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera dan Madura.

2. Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 januari 1946.

3. Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat membentuk negara Republik Indonesia Serikat atau RIS.

4. Dalam bentuk RIS indonesia harus tergabung dalam Commonwealth / Uni Indonesia Belanda dengan mahkota negeri Belanda debagai kepala uni.

Dengan adanya kesepakatan perjanjian / perundingan linggar jati, Negara Indonesia mengalami kekalahan selangkah. Selanjutnya setelah terbentuk negara RIS pihak Belanda bertindak sewenang-wenang yang merugikan RI. Kemudian terjadilah agresi militer I / pertama yang dijelaskan pada artikel lain di situs ini.

ASEAN dan Sejarahnya

ASEAN dan Sejarahnya
Tue, 25/04/2006 - 12:16am — godam64

ASEAN adalah kepanjangan dari Association of South East Asia Nations. ASEAN disebut juga sebagai Perbara yang merupakan singkatan dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Gedung sekretarian ASEAN berada di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Indonesia. ASEAN didirikan tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok. ASEAN diprakarsai oleh 5 menteri luar negeri dari wilayah Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina dan Singapura :

1. Perwakilan Indonesia : Adam Malik
2. Perwakilan Malaysia : Tun Abdul Razak
3. Perwakilan Thailand : Thanat Koman
4. Perwakilan Filipina : Narcisco Ramos
5. Perwakilan Singapura : S. Rajaratnam

Sedangkan terdapat negara-negara lain yang bergabung kemudian ke dalam ASEAN sehingga total menjadi 11 negara, yaitu :

1. Brunei Darussalam tangal 7 Januari 1984
2. Vietnam tangal 28 Juli 1995
3. Myanmar tangal 23 Juli 1997
4. Laos tangal 23 Juli 1997
5. Kamboja tangal 16 Desember 1998
6. Timor Leste