Selasa, 23 Desember 2008

Sosiologi

ORGANISASI SOSIAL
TUGAS KELOMPOK
Tugas Mata Kuliah : Pendalaman Bidang Studi Sosiologi
Dosen Pengampu : Drs. H. Maryadi, M.A.

OLEH :
KELOMPOK II
HARI BUDIYANTO
HJ. SUNDARI
LALU EKAN SATRIA ATMAJA
MARDAWIAH
MUHAMMAD YAKUB
MULIYADI

PENDIDIKAN PROFESI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2008


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “ORGANISASI SOSIAL”. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan mata kuliah Pendalaman Bidang Studi Sosiologi pada program Pendidikan Profesi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sesuai dengan judul, makalah ini mengulas tentang bagaimana pendekatan sosiologi terhadap kelompok sosial, bagimana tipe-tipe keompok sosial, bagaimana kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur, dan bagaimana kelompok (mayarakat setempat, masyarakat desa, masyarakat perkotaan dan masyarakat kecil).
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Drs. Maryadi M,Si dan selaku dosen Pengampu mata kuliah Pendalaman Bidang studi Sosiologi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, oleh sebab itu kami akan sangat bertetima kasih sekirahnya mendapatkan masukan-masukan untuk penyempurnaannya, terutama kami sangat berharap sumbang saran dari Bapak/Ibu pengampu mata kuliah ini. Atas masukan-masukannya kami ucapkan terima kasih.

Surakarta, 5 November 2008
Penulis

Kelompok II


DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................. i
Daftar Isi .......................................................................................... ii
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 2
C. Tujuan Penulisan . ......................................................... 2
Bab II. PEMBAHASAN
A. Pendekatan Sosiologi terhadap Kelompok sosial ……. 4
B. Tipe-tipe Kelompok Masyarakat..………………….… 5
C. Kelompok-kelompok Sosial yang tidak Teratur .……. 7
D. Kelompok Masyarakat Setempat, Pedesaan, Perkotaan
Dan Masyarakat Setempat ....................................... 9

Bab III. PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................... 14
B. Saran ............................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 16


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, namun dalam kehidupannya harus berkelompok atau bermasyarakat. Manusia tidak dapat berdiri sendiri namun tergantung pada orang lain. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Dalam hubungannya dengan manusia lain manusia berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan orang lain, karena manusia mempunyai naluri untuk selalu hidup dengan orang lain (gregariausness).
Manusia menurut kodratnya itu dilahirkan untuk menjadi bagian dari suatu kebulatan masyarakat. Dengan demikian manusia itu merupakan bagian dari suatu organisi sosial. Perhatikanlah kehidupan sehari-hari. Hampir semua kegiatan manusia dilakukan dalam kaitannya dengan orang lain dan daam kehidupan bersama dengan manusia lainnya.
Landasan dari adanya hasrat untuk selalu berada dalam kesatuan dengan orang lain adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan yang mendasar dan kebutuhan sosial maupun kebutuhan intergratif. Oleh karena manusia memiliki kebutuhan yang beraneka ragam, dan cara-cara yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan itupun bermacam-macam pula, maka manusia menentukan bentuk kehidupan sosial tertentu di tempat ia hidup dengan sebaik-baiknya.
Organisasi sosial manusia mewujudkan diri dalam bentuk kelompok sosial. Di dalam hubungannya antara manusia dengan manusia lain, agaknya yang paling penting adalah reaksi yang timbul akibat hubungan-hubungan timbal balik antara sesama manusia. Reaksi tersebut menyebabkan tindakan seseorang menjadi bertambah luas.
Manusia sejak dilahirkan sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok yaitu; 1) Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya yaitu masyarakat dan 2) Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
Untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut di atas, manusia menggunakan pikiran, perasaan dan kehendaknya. Organisasi sosial atau social organization di dalam kehidupan manusia ini, merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama. Hubungan tersebut antara lain menyangkut kaitan timbal balik yang saling pengaruh-mempengaruhi dan juga uatu pertanyaan, apakah setiap himpunan manusia dapat dinamakan kelompok sosial? Untuk itu, diperlukan beberapa persyaratan tertentu, antara lain; 1) adanya kesadaran pada setiap anggota kelompok bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan, 2) adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lain, 3) adanya faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka bertambah erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi yang sama, 4) berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku, 5) bersistem dan berproses.
Organisasi sosial adalah dimana terdapat suatu struktur organisasi dan suatu faktor, yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok-kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor-faktor itu yang terdiri dari dimana merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, ideologi yang sama, politik yang sama. Hal ini merupakan ikatan yang bersifat pokok untuk jangka waktu tertentu.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan organisasi sosial?
2. Apa sajakah unsur-unsur dalam organisasi sosial sebagai suatu asosiasi?
3. Apa sajakah jenis-jenis organisasi social sebagai suatu asosiasi?

C. RUANG LINGKUP MASALAH
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka batasan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Pengertian organisasi sosial
2. Unsur-unsur organisasi social sebagai suatu asosiasi
3. Jenis-jenis organisasi sosial sebagai suatu asosiasi
4. Tipe-tipe organisasi social
5. Organisasi social masyarakat

D. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian organisasi sosial .
2. Untuk mengetahui unsure-unsur organisasi sosial sebagai suatu asosiasi
3. Untuk mengetahui jenis-jenis organisasi social sebagai suatu asosiasi
4. Untuk mengetahui tipe-tipe organisasi social
5. Untuk mengetahui organisasi social masyarakat


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ORGANISASI SOSIAL
Secara garis besar pengertian organisasi social dikelompokkan ke dalam 2 pendekatan disiplin ilmu, antara lain:
A. Pendekatan Antropologi Sosial, diantaranya dikemukakan oleh:
1. WHR Rivers (dalam Harsojo, 1977: 243) mengemukakan bahwa organisasi social adalah suatu proses yang menyebabkan individu disosialisasikan dalam kelompok. Ruang lingkup penyelidikan tentang organisasi social meliputi struktur dan fungsi dari suatu kelompok social.
2. Raymond Firth (dalam Harsojo, 244) dalam bukunya Element of Social Organization menyatakan bahwa yang dimaksud organisasi adalah suatu proses social dan pengaturan aksi berturut-turut menyesuaikan diri dengan tujuan yang dipilih. Organisasi sosial adalah penyusunan dari hubungan/interaksi sosial yang dilakukan dengan jalan pemilihan dan penetapan.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka studi tentang organisasi sosial dalam antropologi sosial secara garis besar meliputi:
a. Penyelidikan organisasi sosial dengan menggunakan metode biografi, yaitu penyelidikan yang meneliti kejadian-kejadian khusus yang berhubungan dengan krisis-krisis kehidupan (rites of passage). Dalam pendekatan ini umur dalam arti bahwa jangka waktu hidup manusia itu mengikuti siklus biologi tertentu merupakan faktor yang menjadi landasan penyusunan organisasi sosial.
b. Penyelidikan organisasi social dengan menggunakan pendekatan yang berpusat pada hubungan antar individu dengan memakai metode genealogis. Dengan mempelajari hubungan antar individu yang khusus disebabkan kekerabatan, yang kemudian dapat dikembangkan pada studi tentang pola-pola social yang lebih besar. Dalam studi mengenai organisasi social seperti ini dapat diteliti tentang konsep perkawinan, keluarga dan system kekerabatan.
c. Penyelidikan organisasi social dengan menggunakan pendekatan yang perpusat pada lembaga-lembaga, sejauh manakah lapisan-lapisan social seperti kelas, kasta, rank dan bagaimana kepemimpinan dalam suatu masyarakat.

B. Pendekatan Sosiologi, diantaranya dikemukakan oleh:
1. Alvin L. Bertrand (1980: 25) mengemukakan pengertian organisasi social dalam arti luas adalah tingkah laku manusia yang berpola kompleks serta luas ruang lingkupnya di dalam setiap masyarakat. Organisasi social dalam arti khusus adalah tingkah laku dari para pelaku di dalam sub-sub unit masyarakat misalnya keluarga, bisnis dan sekolah.
2. Robin Williams (dalam Bertrand: 26) mengemukakan bahwa organisasi social menunjuk pada tindakan manusia yang saling memperhitungkan dalam arti saling ketergantungan. Ia selanjutnya menjelaskan bahwa pada saat individu melakukan interaksi berlangsung terus dalam jangka waktu tertentu, maka akan timbul pola-pola tingkah laku.
3. JBAF Maijor Polak (1985: 254) mengemukakan bahwa organisasi social dalam arti sebagai sebuah asosiasi adalah sekelompok manusia yang mempunyai tujuan tertentu, kepentingan tertentu, menyelenggarakan kegemaran tertentu atau minat-minat tertentu.
4. Soerjono Soekanto (1988: 107-108) mengemukakan organisasi social adalah kesatuan-kesatuan hidup atas dasar kepentingan yang sama dengan organisasi yang tetap sebagai sebuah asosiasi.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa organisasi social berdasarkan pendekatan sosiologi adalah organisasi social sebagai sebuah asosiasi, yaitu sekelompok manusia yang mempunyai tujuan, kepentingan, kegemaran, minat yang sama dan membentuk sebuah organisasi yang tetap.
Semua manusia pada awalnya merupakan anggota kelompok sosial yang dinamakan keluarga . Walaupun anggota-anggota keluarga tadi selalu menyebar, pada waktu-waktu tertentu mereka pasti akan berkumpul. Suatu kelompok sosial cenderung untuk tidak menjadi kelompoknyang statis, tetapi selalu berkembang serta mengalami perubahan-perubahan, baik dalam aktivitas maupun bentuknya.
Suatu aspek yang menarik dari kelompok sosial tersebut adalah bagaimana caranya mengendalikan anggota-anggotanya. Para sosiolog akan tertarik oleh cara-cara kelompok sosial tersebut dalam mengatur tindakan-tindakan anggota-anggotanya agar tercapai tata tertib didalam kelompok. Hal ini yang agaknya penting adalah bahwa kelompok tersebut merupakan tempat kekuatan-kekuatan sosial berhubungan, berkembang, mengalami disorganisasi, memegan peranan, dan selanjutnya.
Manusia mempunyai naluri untuk senantiasa berhubungan dengan sesamanya. Hubungan yang berkesinambungan tersebut menghasilkan pola pergaulan yang dinamakan pola interaksi sosial. Pergaulan tersebut menghasilkan pandangan-pandangan mengenai kebaikan dan keburukan. Pandangan-pandangan tersebut merupakan nilai-nilai manusia, yang kemudian sangat berpengaruh terhadap cara dan pola berpikirnya.
Pola berpikir tertentu yang dianut seseorang akan mempengaruhi sikapnya. Sikap tersebut merupakan kecenderungan untuk berbuat atau tidak berbuat terhadap manusia, benda atau keadaan. Seseorang yang pola berpikirnya materialistik, misalnya mempunyai sikap tertentu terhadap pekerjaan tertentu. Maka dia akan memperhatikan pekerjaan yang menghasilkan materi yang banyak dan kurang memperhatikan kepuasan batiniah dalam mengerjakan pekerjaan tersebut. Sikap tersebut lazimnya membentuk perilaku tertentu, yang kemudian menjadikan pola perilaku berkesinambungan. Sikap materialistik, umpamanya, akan membentuk perilaku yang cenderung materialistik pula. Kalau pola perilaku tertentu sudah melembaga dan membudaya, gejala itu menjadi patokan perilaku yang pantas. Patokan perilaku yang pantas tersebut biasanya disebut norma atau kaidah. Perangkat kaidah-kaidah tertentu yang terdiri kaidah kepercayaan, kesusilaan, kesopanan dan hukum, kemudia menjadi patokan dalam interaksi sosial.
B. UNSUR-UNSUR ORGANISASI SOSIAL.
Organisasi social sebagai suatu asosiasi mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:
1. sekelompok orang yang mempunyai tujuan tertentu, kepentingan tertentu, kegemaran tertentu atau minat-minat tertentu
2. adanya norma atau aturan-aturan tertentu yang mengikat hubungan atrar individu
3. adanya kesadaran individu sebagai anggota organisasi social
4. bentuk organisasinya formal atau non formal

C. JENIS-JENIS ORGANISASI SOSIAL.
Jenis-jenis organisasi social sebagai berikut:
1. Menurut Soerjono Soekanto (107-108) organisasi social sebagai suatu asosiasi mempunyai dua arti, yaitu:
a) dalam arti khusus/sempit mempunyai cirri-ciri antara lain:
a. adanya kepentingan-kepentingan terbatas
b. organisasi social tertentu
c. jumlah keanggotaan sangat terbatas
d. pentingnya huungan tidak bersifat pribadi
e. jenis kepentingan yang dikejar terbatas
Contoh: keluarga, kelompok permainan, club
b) dalam arti luas/besar mampunyai ciri-ciri antara lain:
a. adanya anggota yang secara relative terbatas
b. organisasi social yang formal
c. pentingnya hubungan social tidak bersifat pribadi
d. jenis kepentingan yang dikejar lebih luas
Contoh: Negara, persekutuan agama, perkumpulan ekonomi, persatuan buruh, organisasi massa, dsb
2. Menurut JBAF Maijor Polak (262-263) membagi organisasi social ke dalam beberapa bidang dan jenis asosiasi, antara lain:
a) Persahabatan, misalnya club (Club Jantung Sehat Indonesia), kelompok sahaba/ikatan persaudaraan (IPHI)
b) Ekonomis, misalnya perseroan (Perseroan Terbatas), firma (CV), perkumpulan pengusaha (Ikadin, HIPMI), serikat sekerja (SPSI, SBSI)
c) Teknologi dan ilmu pengetahuan, misalnya badan ilmiah (Batan, LIPI), balai penyelidikan (balitbang), ikatan sarjana (ISPI, ISEI, MSI)
d) Agama, misalnya mahsab (Thariqot Naqsaandiyah, Wahidiyah, NU, Muhammadiyah, LDII, Hizbuth Thahrir), jamaah (PGI, Walubi, MUI, Hindu Dharma)
e) Kesenian, mislalnya orkes atau grup band (Soneta, Peterpen, ST 12, Ada Band, Nashid, Qosidah), penari/penyanyi, ikatan seniman, artis (Parsi, Parfi)
f) Pendidikan, misalnya sekolah (TK/RA, SD/MI, SMP/Mts, SMA/MA), Universitas/Sekolah Tinggi, Ikatan Pelajar/alumni, yayasan pendidikan, dsb
g) Olah raga, misalnya berbagai perkumpulan olah raga (ISSi, PBSI, PBVSI, PABSI, PASI, IMI),dsb
h) Politik, misalnya partai politik (PKB, PAN, Golkar, PD, PDI Perjuangan, dsb)
i) Kesenangan/hobi, misalnya perkumpulan penggemar perangko (filateli)
j) Amal, misalnya perkumpulan penyokong fakir miskin (BAZIS, Pundi Amal SCTV), perhimpunan penyokong orang tua/panti jompo, perhimpunan penyokong yatim piatu/PAY, dsb
k) Profesi, misalnya PGRI, IDI, IDAI, PGTKI, Ikadin, dsb
l) Pemerintahan, Negara, Pemerintah Daerah I dan II, Kecamatan, Desa
m) Organisasi regiolal, misalnya ASEAN, MEE
n) Organisasi internasional, misalnya PBB (beserta lembaga/badan-badan di bawahnya)
o) Organisasi militer/pakta pertahanan, misalnya NATO, ANZUS, SEATO, Pakta Warsawa, dsb

D. TIPE-TIPE ORGANISASI SOSIAL
Tipe-tipe Oragnisasi atau kelompok sosial dapat diklasifikasikan dari beberapa, sudut atau atas dasar berbagai kriteria atau ukuran. Seorang sosiolog Jerman Georg Simmel, mengambil ukuran besar-kecilnya jumlah anggota kelompok, bagaimana individu mempengaruhi kelompoknya serta intraksi sosial dalam kelompok tersebut. Dalam analisisnya mengenai kelompok sosial mulai dengan bentuk terkecil yang terdiri satu orang sebagai fokus hubungan sosial yang kemudian dikembangkan dengan kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang dan kemudian dikembangkan dengan kelompok yang lebih besar.
Ukuran lain yang diambil adalah atas dasar derajat interaksi sosial dalam kelompok sosial. Beberapa sosiolog memerhatikan pembagian atas dasar kelompok dimana anggotanya saling mengenal (face-to-face groupings), seperti keluarga, rukun tetangga dan desa, dengan kelompok-kelompok sosial seperti kota, dan negara, dimana anggotanya tidak mempunyai hubungan erat.
Berlangsungnya suatu kepentingan merupakan ukuran lain bagi klasifikasi tipe-tipe sosial. Suatu kerumunan misalnya, merupakan kelompok yang hidupnya sebentar saja karena kepentingannyapun tidak berlangsung lama. Lain halnya dengan kelas atau komuniti yang kepentingan secara relatif bersifat tetap atau permanen. Dasar yang akan diambil sebagai salah satu alternatif untuk mengadakan klasifikasi tipe-tipe kelompok sosial adalah ukuran jumlah atau derajat interaksi sosial atau kepentingan kelompok atau organisasi.
Dalam membicarakan kelompok sosial, haruslah dihindari paham prasangka bahwa kelompok sosial merupakan lawan individu, kedua hanya dapat dimengerti bila dipelajari di dalam hubungan antara yang satu dengan yang lain sebagai pasangan. Pengertian tersebut sangat penting untuk mencegah terjadinya pendapat yang menyatakan bahwa bentuk kelompok sosial merupakan ancaman terhadap kesejahteraan individu. kan bahwa bentuk kelompok sosial merupakan ancaman terhadap kesejahteraan individu. Harus dihindari prasangkah bahwa kelompok-kelompok sosial semata-mata ditimbulkan oleh naluri manusia untuk selalu hidup sesama. Kelompok sosial ini merupakan bentuk kehidupan nyata. ePrilaku kelompok sosial harus dilihat dari sudut pandang sebagai prilaku individu.
Faktor-faktor yang membedakan kelompok-kelompok adalah:
1. Kesadaran akan jenis yang sama.
2. Adanya hubungan sosial
3. Orientasi pada tujuan yang sudah ditentukan.
Di dalam pembahasan tipe-tipe kelompok sosial dapat dikategorikan dalam struktur sosial seperti: 1) kelompok sosial dipandang dari sudut individu, 2) in-group dan out-group, 3) kelompok primer (primary group) dan kelompok skunder (secondary group), 4) Paguyuban dan patembayan, 5) formal group dan informal group, 6) membership group dan reference group 7) kelompok okupasional dan volunter dan, 8) kelompok okupasional dan volunter.

E. ORGANISAS SOSIAL MASYARAKAT
Organisasi sosial masyarakat adalah dimana terdapat suatu struktur organisasi dan suatu faktor, yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok-kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor-faktor itu yang terdiri dari dimana merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, ideologi yang sama, politik yang sama. Hal ini merupakan ikatan yang bersifat pokok uantuk jangka waktu tertentu.
Manusia harus berhubungan dengan manusia lain dalam kondisi emosional dan psychis dimana amat dipengaruhi oleh relasi sosial. Dengan kata lain seseorang itu pada satu ketika menjadi susah atau bergembira dan riang hatinya, disebabkan oleh pengaruh sikap penilaian, anggapan-anggapan yang diterima oleh orang lain. Dari sinilah jelas bahwa bagi kesejahteraan badan dan rohaniahnya, manusia bersama-sama harus menciptakan satu kondisi sosial yang harmonis.
Kodrat alamiah manusia sebagai makhluk sosial-psychis itu menyebabkan timbulnya bentuk-bentuk dari organisasi dan relasi antara manusia, yang terdiri dari dua landasan yaitu;
1. Organisasi symbiotik yang terdiri semata-mata atas tingkah laku fisik yang bersifat otomatis.
2. Organisasi sosial yang berdiri atas komunikasi dengan menggunakan sistem lambang.
Kontak dengan menggunakan sistem lambang menimbulkan interaksi sosial yang berlaku pada dataran pancaindera, emosi dan intelektual. Apabila kita berbicara tentang organisasi sosial, maka yang dimaksud ialah, bahwa untuk mencapai tujuannya timbul kelompok sosial dari usaha tersebut. Dengan perkataan lain, organisasi sosial mempunyai aspek fungsi dan aspek struktur. Dalam aspek fungsionalnya organisasi sosial itu memperhatikan manifestasinya dalam aktivitas kolektif dari manusia untuk mencapai tujuannya, yaitu dari memelihara, mendidik sampai kepada melakukan peperangan. Dan dari akivitas kolektif itu timbul kelompok-kelompok yang menjalankan aktivitas seperti keluarga, negara dan organisis sosial lainnya. Secara keseluruhan maka organisasi sosial dilihat dari sudut implikasi strukturalnya meliputi struktur dari kelompok sosial, pola umum baru kebudayaan manusia pada setiap waktu dan tempat dan seluruh frame work dari pada pranata-pranata sosial. Organisasi sosial pada dasarnya adalah produksi dari pada kodrat manusia.
Selanjutnya apabila kita pelajari kehidupan sosial manusia, maka tampak adanya kenyataan yang tidak dapat diingkari.
a) Bahwa manusia individu atau kelompok berusaha sekeras-kerasnya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mendapatkan jaminan keamanan dan jika mungkin mencapai satu tingkat kemakmuran yang diingingkan.
b) Bahwa untuk mendapatkan kondisi yang esensial bagi kelangsungan hidup dan keamanan, diperlukan adanya ketertiban sosial dalam derajat yang tinggi.
c) Bahwa untuk mencapai derajat ketertiban sosial yang tinggi itu diperlukan adanya satu tata pengaturan sosial kultur serta mekanisme yang dapat digunakan bagi pelaksanaan pengaturan itu.
Adapun pengaturan dari pada tata-hubungan jika ada dua orang atau lebih yang hendak mengadakan hidup bersama memerlukan beberapa syarat yaitu; (1) Harus ada ukuran yang tetap dalam tata hubungan sosial yang dapat diterima oleh anggota-anggota kelompok, (2) Harus ada kekuasaan atau otoritas yang mempunyai kekuasaan memaksa dalam melaksanakan tata-hubungan sosial, (3) Adanya pengaturan dan penyusunan individu-individu dalam kelompok-kelompok dan lapisan sosial tertentu yang mengambarkan adanya koordinasi dan subkordinasi, (4) Anggota-anggota yang hidup dalam berbagai bidang, dapat hidup dalam suasana harmoni, yang saling memberi kekuasaan, (5) Adanya tingkah laku yang merupakan standar dan telah disalurkan atau dipaksakan dengan mekanisme tekanan-tekanan sosial, yang menjadi satu pola yang merupakan pedoman bagi tingkah laku manusia.
Organisasi sosial yang meliputi lembaga-lembaga yang menetapkan posisi dari laki-laki dan perempuan di dalam masyarakat. Kategori ini terbagi dalam dua kelas lembaga yang timbul dari kekerabatan, badan lembaga-lembaga yang timbul dari kekerabatan, badan lembaga yang berkembang dari asosiasi bebas di antara individu-individu. Struktur kekerabatan meliputi keluarga dan pengembangannya sampai kelompok-kelompok. Asosiasi bebas yang tidak dibangun atas dasar kekerabatan sex dan umur dan dalam arti yang lebih luas. Struktur sosial itu juga meliputi relasi sosial yang mempunyai karakter politik berdasarkan atas daerah tempat tinggal dan status.


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Seorang sosiolog didalam menelaah masyarakat manusia akan banyak berhubungan dengan organisasi sosial,
2. Tipe-tipe organisasi sosial dapat diklasifikasikan dari beberapa, sudut atau atas dasar berbagai kriteria atau ukuran. tipe-tipe kelompok sosial dapat dikategorikan dalam struktur sosial seperti: 1) organisasi sosial dipandang dari sudut individu, 2) in-group dan out-group, 3) kelompok primer (primary group) dan kelompok skunder (secondary group), 4) Paguyuban dan patembayan, 5) formal group dan informal group, 6) membership group dan reference group 7) kelompok okupasional dan volunter dan, 8) kelompok okupasional dan volunter.

B. SARAN
Diharapkan dengan selesainya makalah ini merupakan suatu sumber informasi dan kajian masalah kajian sosiologi dan khususnya masalah organisasi sosial dan kehidupan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Drs. 1989. Pengantar Sosiologi. Solo. Rhamadani Edisi Revisi.
Bertrad, Alvin L. Sosiologi. Surabaya. Pt. Bina Ilmu. 1980.
Faisal, Sanapiah, Drs. Kerangka Acuan, Metode Penelitian, Teori- teori tentang Sosialisasi Kepribadian dan Kebudayaan. Surabaya. Pt. Bina Ilmu. 1990.
Harsojo, Prof. Drs. 1977. Pengantar Antropologi. Bina Cipta. Jakarta
Polak, JBAF Maijor, Drs. Sosiologi Suatu Buku Pengantar Ringkas. PT
Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta
Shanti Citta: Manusia Modern dalam kehidupan Spritual. http://www.geogle.com.id. Artikel. Diakses 18 oktober 2008.

Soekanto, Soerjono. Sosialogi Suatu Pengantar. Jakarta. PT. Rajagrafindo
Persada. 2006.
Suyanto. Profil Lembaga Sosial Dalam Usaha Meningkatkan Ketahanan
Sosial Melalui Sistem Jaminan Sosial Berbasiskan
Komunitas Lokal http://www.geogle.com.id. Makalah . Diakses
18 oktober 2008.
Sunarta, Drs. Sosiologi dan Antropologi. Bandung. Epsilon Grup Bandung. 1987.

Jumat, 19 Desember 2008

Islam Dalam Tinjauan Madilog

Islam dalam Tinjauan Madilog

Tan Malaka (1948)


Sumber: Penerbit Widjaja, Jakarta 1951

Kontributor: Diketik oleh Abdul, ejaan diedit oleh Ted Sprague (Feb 2008)


KATA PEMBUKA

Telah lebih dari setahun lamanya kopi ini tesimpan dalam almari, karena terhalang oleh kesukaran kertas, apalagi mengingat tebalnya lebih kurang 200 halaman dari kertas ukuran besar serta ditek dengan mesin tulis Hermes baby, dan kalau dijadikan buku menurut ukuran yang sekarang ini, mungkin mencapai 500 halaman, sedang niat hendak menerbitkan sekaligus.

Nasehat tuan HAJI ILJAS JACOB-lah yang membuka perhatian untuk menerbitkan dengan jalan beransur-ansur ini.

MADILOG, berasal dan melalui jembatan keledai, yaitu MA terialisme, DI alektika, LOG-ika !

"Saya tidak menyangka akan sampai begitu dalam dan luas pengetahuan TAN MALAKA, sehingga saya sebagai Jurist dipimpinnya pula ke lapangan filsafat hukum, lebih berisi dan lanjut dari pada yang saya pelajari di sekolah hakim", demikian ucapnya seorang Akademisi yang jujur setelah membaca kopi Madilog !

Penerbitan ini akan diusahakan supaya tiap tanggal 2 dan 17 setiap bulan buku setebal ini akan mengunjungi pembacanya. Moga-moga kami dapat memenuhi niat yang suci ini.

P E N E R B I T

Bukit Tinggi 17 Juli 1948

I s l a m

Sumber yang saya peroleh buat Agama Islam, inilah yang hidup. Seperti saya sudah lintaskan lebih dahulu dalam buku ini, saya lahir dalam keluarga Islam yang taat. Pada ketika sejarahnya Islam buat bangsa Indonesia masih boleh dikatakan pagi, diantara keluarga tadi sudah lahir seorang Alim Ulama, yang sampai sekarang dianggap keramat! Ibu Bapa saya keduanya taat dan orang takut kepada Allah dan jalankan sabda Nabi.

Saya saksikan ibu saya sakit menentang malaikat maut menyebut "Djuz Yasin" berkali-kali dan sebagian besar dari AL-Qur’an, diluar kepala. Orang kabarkan bapak saya didapati pingsan setelah badannya dalam air. Dia mau menjawat air sembahyang, sedang menjalankan terikat, setelah bangun sadar, dia bilang dia berjumpa dengan saya yang pada waktu itu di negeri Belanda. Masih kecil sekali saya sudah bisa tafsirkan Al-Qur’an, dan dijadikan guru muda. Sang Ibu menceritakan Adam dan Hawa dan Nabi Yusuf. Tiada acap diceritakannya pemuka, piatu Muhammad bin Abdullah, entah karena apa, mata saya terus basah mendengarnya. Bahasa Arab terus sampai sekarang saya anggap sempurna, kaya, merdu jitu dan mulia.

Pengaruhnya pada bahasa Indonesia pada zaman lampau bukan sedikit. Cangkokan bahasa Arab pada bahasa Indonesia baik diteruskan, karena lebih cocok pada lidah kita, asal betul-betul mengadakan pengertian baru, yang tiada terbentuk pada kata Indonesia umum atau lokal, seperti perkataan akal, fikir dsb. Saya sendiri tiada sempat meneruskan pelajaran bahasa Arab yang saya pelajari berpuluh tahun yang silam dengan cara surau yang sederhana itu tentulah sekarang sudah melayang sama sekali. Tetapi semua perhubungan dengan Islam dan Arab dahulu di Eropa, pasti mengambil perhatian saya. Dengan mengikat pinggang lebih erat, saya ketika di Negeri Belanda membeli sejarah dunia berjilid-jilid salinan bahasa Jerman ke Belanda, karena di dalamnya ada sejarah Islam dan Arab dituliskan degan lebih sempurna dari yang sudah-sudah.

Meskipun banjir ombak asik dalam senubari saja di masa usia pancaroba dilondong hanyutkan sampai sekarang terus dihilirkan oleh kejadian "1917" perhatian saya tehadap Islam terus berjalan. Pengertian yang masih saya ingat dari tafsir Qur’an itu, tentulah tiada berarti lagi. Yang tinggal dibawah lantai kesadaran (subconciousness) ialah kesan semata-mata. Tetapi terjemahan Qur’an ke dalam bahasa Belanda dahulu beberapa kali saya tamatkan, semua buku dan diktatnya Almarhum Snouck Hurgroaje tentang Islam sudah saya baca. Baru ini di Singapura saya baca lagi terjemahan Islam ke bahasa Inggris oleh "Sales dan ahli timur Maulana Ali Almarhum".

Dengan begitu tiadalah pula saya maksudkan bahwa semua sumber itu sudah cukup buat me-obor Islam dan sejarah. Ahli sejarah Barat, Arab dan Tionghoa memang berlipat ganda lebih bisa dipercayai dari pada Ahli sejarah Hindu. Begitulah sejarah masyarakat dengan kemajuan pesawat dan ekonominya dibelakangkan kalau tiada dilupakan sama sekali. Jangan pula dilupakan, bahwa sejarah politik yang semacam itu di-tinggal-kan; tiada berseluk-beluk dan dipelantunkan dengan sejarah politik, ekonomi, dan kelasnya masyarakat. Jadi sejarah semacam itu, walaupun sejarah politik saja adalah pincang sekali.

Tiada mengherankan kalau dalam pembacaan, saya tiada mendapati sejarah yang teratur selangkah demi selangkah, tentangan masyarakat, politik, ekonomi, dan tehnik Arab, tidak saja sebelum dan ketika Muhammad SAW mengembangkan Agama Islam, tetapi juga di dalam tempo dibelakangnya, lebih dari 1300 tahun sampai sekarang. Tidak saja di tanah Arab tempat asalnya agama Islam dan negara berkelilingnya, tetapi juga ditempat mengembangnya seperti Siria, Mesir, Spanyol, Irak, Iran, (Mesopotamia), India dan Indonesia. Dalam Negara asalnya Agama Islam tumbuh dan berdahan, mendapat bentuk dan corak baru dan bentuk corak ini tentulah langsung atau menukar mempengaruhi pokok asalnya di Arabia. Teristimewa pula karena semua bangsa dari semua agama acap berkumpul di Mekah.

Sejarah Islam berurat dan diairi oleh masyarakat politik, ekonomi dan pesawat Arab asli dan akhirnya bertukar bentuk dan corak pada iklim keadaan baru di luar daerah asli, menurut pengetahuan saya masih belum ditulis. Pekerjaan semacam itu bukanlah pekerjaan sembarang ahli, boleh jadi sekali bukan pekerjaan seorang ahli yang tersambil, melainkan pekerjaan beberapa ahli yang bergabung dalam tempo yang lama, boleh jadi pula bukti yang berhubungan dengan beberapa perkara sama sekali tiada bisa diperoleh lagi. Bagaimana juga buku seperti Foundation of Christianity buat Islam masih belum lahir.

Berhubung dengan keterangan diatas maka sejarah-Islam dalam lebih kurang 1200 tahun sesudahnya Muhammad SAW yakni sejarah yang condong pada politik seperti pengangkatan Imam baru, menurut dan menurutkan partai Ali atau meneruskan pilihan yang demokratis seperti pengangkatan Abubakar, Umar, dan Usma; perbedaan mazhabnya Imam Syafi’I, Hanafi, Hambali dan Maliki satu aliran Islam ke arah kegaiban (systisisme) pada satu fatihah (Imam Gazali) dan kenyataan (rationalisme), sampai ketiadaannya Tuhan-Tuhan (atheisme), pada lain pihak (moetazaliten); pergerakan Islam yang baru kita kenal sekarang seperti Wahabi, Muhammadiya dan Ahmadiyah; semuanya ini mesti diseluk dengan sejarahnya politik, ekonomi, seperti bumi dan pesawat masyarakat Muslimin di Eropa Selatan, Afrika, Asia Barat dan Tengah diluar maksudnya buku ini dan diluar kekuasaan kesempatan saya.

Maksud tulisan saya yang ringkas ini tentulah bukan buat pengganti buku yang masih ditulis itu, maksudnya cuma buat petunjuk (suggestion). Saya bagaimana juga tak lebih berlaku dari pada itu karena kekurangan bahan bukti, lagi pula pokok perkara yang berhubungan dengan Islam, ialah ke Esaan Tuhan, sudah termasuk boleh dikatakan hampir sama sekali pada tulisan yang baru lalu.

Muhamad SAW mengakui sahnya kitab Yahudi dan Kristen. Muhammad SAW mengakui Tuhannya Nabi Ibrahim dan Musa. Tetapi Tuhannya Nabi Ibrahim dan Musa menurut Muhammad SAW itu mesti dibersihkan dari pemalsuan Yahudi dan Kristen dibelakang hari.

Memang masyarakat Arab asli membutuhkan ke-Esaan pemimpin sekurang-kurangnya sama dengan kebutuhan yang dirasa oleh Nabi Musa dan daud. Pada Muhammad SAW, bangsa Arab yang terdiri dari beberapa suku, dan menyembah bermacam-macam berhala itu mengharapkan pimpinan. Peperangan saudara yang kejam keji tiada putus-putusnya berlaku. Bangsa Arab teguh tegap, berdarah panas, pada negara yang sebagian besar terdiri dari gurun pasir dan gunung batu, kurus kering, sejuk tajam di musim dingin, panas terik di musim panas, susah gelisah mengadakan nafkah hidup sehari-hari. Perampokan dan pembunuhan adalah pekerjaan lazim sekali. Perniagaan ke lain negara dan dalam negarapun mesti dikawal dengan prajurit yang siap sedia menentang musuh ialah penyamun Badui yang rakus garang. Saudagar pada masa itu sama juga dengan serdadu, makin ramai penduduk Arab dan memang sudah ramai, makin sengit seru pertarungan suku dan suku. Makin banyak lelaki yang mati makin banyak pula kelebihan perempuan. Tiada mengherankan kalau mendapat anak perempuan dianggap sebagai malapetaka oleh rumah tangga Arab asli itu, apa lagi rumah tangga yang tak berpunya. Perempuan sudah terlampau banyak dan perempuan pada masyarakat semacam itu bukanlah makhluk yang bisa mencari nafkah diluar rumah tangga, melainkan dianggap satu makhluk penambah mulut makan. Jadi penambah kemiskinan. Kalau perempuan banyak, dibunuh. Beruntunglah perempuan kalau ada lelaki yang mampu mengawininya mengangkat dia jadi isteri yang ketiga ataupun kesekian puluh. Ditengah masyarkat semacam itu lahirlah Muhammad bin Abdullah, walaupun sukunya suku kuraisy dianggap suku tertinggi di kota Mekkah, tiadalah ia seorang anak yang dimanjakan oleh ibu bapa yang mampu. Dia malang atau memang beruntung kematian ibu bapa menjadi anak piatu dan dipelihara oleh paman Abdul Mutalib. Dari kecil sudah mengenal susah melarat di tengah-tengah masyarakat saling sengketa dan gelap gelita. Buah pikiran kita menyaksikan masyarakat semacam itu dan dalam keadaan semacam itu bisa timbul paham peragai dan bumi seperti Muhammad bin Abdullah. Tetapi memang intan itu bisa diselimuti tetapi tak bisa dicampur lebur dengan lumpur.

Makin riuh rendah bunyi sengketa dan sentak senjata disekelilingnya makin tenang teduh pikiran pemuka ini menghadapi sesuatu kesusahan atau permusahan. Lawan dan kawan sekarangpun terlampau banyak memajukan hal, bahwa Muhammad SAW seorang Nabi. Huru hara tiada bisa disangkal, tetapi tiadalah hormat saja yang memberi petunjuk, ilham dan kiasan kepada manusia. Mata yang nyalang, telinga yang nyaring, serta otak yang cemerlang di tengah-tengah masyarakat itu sendiri lebih lekas menyampaikan seseorang pada hakekat tentang pergaulan hidup manusia dari pada buku bertimbun-timbun diluar masyarakat. Pemuda Muhammad dilatih dan tersepuh oleh masyarakat Arab sendiri, undang langsung yang saling seteru dan gelap gelita itu.

Entah karena wajah parasnya, entah karena perawakan peragainya dengan langsung, entah karena cerdik kepandaiannya, entah karena semuanya, janda orang kaya Chadijah berusia 40 tahun akhirnya menjatuhkan hati dan kepercayaan pada pemuda 15 tahun lebih muda ini, sesudah berjasa bertahun-tahun. Bertahun-tahun Muhammad bin Abdullah melayani perniagaan buat janda Chadijah.

Sekaranglah baru diperoleh tempat dan tempoh mengheningkan pikiran membanding mengiaskan, mencocokkan, menyeluk belukan persoaan yang bertimbun-timbun jatuhnya pada pikiran yang acap terbang mealyang seperti terdapat dalam bangsa Arab, seperti tergambar dalam cerita 1001 malam itu. Tetapi Arab bukannya Hindu. Pikiran melayang itu selalu kembali ke tanah. Penerbangan bolak-balik di antara awang-awang dengan daratan itu bisa berhasil, bukanlah satu scientist seperti Newton tahu pendapat seperti Edison mesti bisa terbang dengan pikirannya ? Tetapi mereka terbang dengan benda yang nyata menurut undang-undang yang pasti pula.

Pada tempat yang sunyi senyap bermacam-macam di gunung diluar Mekah timbullah berkali-kali persoalan. Langit Arabia tiada diliputi awan pada malam itu, kalau diterangi oleh bulan dan bintangnya mesti menarik perhatian seseorang yang sungguh (serious, ernstig). Tak heran kalau pemuda Muhammad didesak oleh persoalan sebagai siapakah yang mengemudikan jalannya bulan dan jutaan bintang ini, yang tetap teratur ini. Siapakah yang menjatuhkan hujan yang memberi hidupnya tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia itu ? Apakah asalnya dan akhirnya manusia ini ? Tiadakah ada buat mempersatukan bangsaku, memperlihatkan seteru sengketa dan menerangi gelap gulita itu : mengangkat bangsaku jadi obor dunia ?

Newton dan Edison diberi pusaka oleh para scientist almarhum berupa perkakas dan teori berupa laboratorium dan undang perhitungan. Tetapi pemuda Muhammad hidup lebih dari 1300 tahun yang silam. Undang apakah tentang peredaran bintang atau perhubungan hawa uap dan hujan atau undang tentang kodrat, paduan dan pisahan jasmani dan rohani yang sudah diketahui ? Ahli Yunani pun belum sampai kesana, kalau ada paham yang miring kesana belum tentu paham itu sampai ke telinga Muhammad bin Abdullah.

Demikianlah Muhammad bin Abdullah mesti mencoba jawab dengan banding membanding pengalaman dan pengetahuannya pada mana jauh lebih tinggi, dari pada yang dikenal oleh bangsanya dikelilingnya.

Berkali-kali sudah perdagangan dilakukan (dengan karavan kalifah) ke Siria, barangkali juga sampai ke Mesir, ke Arabia Selatan tak mustahil sampai ke Mesopotamia. Cantumkanlah d imata pembaca seorang pemuda pendiam, mata sering melayang tinggi tetapi cepat bisa menaksir barang dan uang dimukannya, kening lebar dan tinggi menandakan kecondongan pikiran pada filsafat, tetapi juga menyaring apa yang praktis bisa dijalankan. Bibir yang menandakan kemauan keras dan juga mahir lancar kalau berkata, perawakan sedang, liat cepat tahan tangkas dan berkali-kali dalam perjalanan jauh berbahaya mendapat latihan dalam perjuangan. Penghilatan pada puluhan negara dan negeri biadab setengah adab dan pekerjaan tawar menawar dengan saudagar bermacam-macam bangsa dan bahasa; percakapan dengan lawan kawan, tua muda dalam usia pancaroba dipuluhan negara dan negeri itu, semua itu mendidik penyair dan pemimpin pembesar negara dan Nabi. Huruf dan sekolah tak bisa memberi bahan hidup semacam itu, tetapi bahan hidup semacam itu bsa memberi kesempatan pada Muhammad bin Abdullah menimbulkan huruf dan sekolah baru. Tidak semuanya orang bersekolah, bisa menjadi pemimpin Tuhan, tetapi buat seseorang pemimpin Tuhan tiadalah sekoah saja jalan buat menyampaikan maksudnya buat melaksanakan sifatnya.

Dunia Arab berpenduduk sedang ramainya terus menerus bertarung diantara suku dan sukunya, belum pernah dijajah dijahanamkan bangsa Asing, sedikit dikenal oleh dunia luarnya, sudah sampai ke tingkat persatuan satu bangsa satu bahasa dan satu pemimpin.

Tiadalah sekali mengherankan kalau Muhammad bin Abdullah tertarik oleh tuhan Esanya, Nabi Ibrahim, Musa dan Daud. Disini Tuhan itu lebih terang ke Esaan-nya pada pertaruangan lahir batin yang seru sengit yang mesti dijalankan dengan jasmani dan rohani yang mesti dipimpin oleh satu kemauan, maka kesangsian atas ke Esaannya Tuhan, pemimpin yang Maha Tahu dan Maha Tahu itu bisa menewaskan si petarung, Satu Tuhan itulah yang dibutuhkan oleh Arabia. Ketika Muhammad bin Abdullah yang buta huruf itu cuma sedikti tahu tentang agama Kristen, dikatakan oleh mereka bahwa Muhammad bin Abdullah mendapat pengetahuan itu dari mulutnya monikkan atau rahib dan setengah ulama Kristen. Mereka lupakan keterangan mereka sendiri bahwa Muhammad bin Abdullah sesudah memasuki gereja Katholik di Asia Barat ia berkata :"Ini cuma rumah berhala lain". Sekarang pun pada abad kedua puluh ini kalau orang memasuki gereja Katholik di Ruslan atau Rome, di Jerman atau di Indonesia, kalau orang melihat patungnya nabi Isa dan ibunya maryam yang dipuja dan tak mengherankan kalau orang netral mendapat kesan seperti kesan memasuki rumah berhala Hindu atau Budha. Buat Muhammad SAW Tuhan semata-mata rohani. Tuhan yang semata-mata rohani yang tiada dipatungkan lagi itu baru didapat sesudah Luther dan Calvin. Jadi sesudah lebih kurang 1500 tahun Nabi Isa lahir atau sesudah 900 tahun nabi Muhammad wafat. Dalam gereja Protestan kita tak lihat lagi patung yang seolah-olah mencoba mempengaruhi manusia dengan perasaan belaka; kasihan pada nabi Isa yang tergantung dipakukan tangannya pada palang gantungan itu oleh musuhnya Yahudi Jahanam itu. Jadi pada Protestant nyata pengaruh Islam buat seseorang yang tiada digelapi oleh dogma (kepercayaan) agamanya sendiri. dengan Yahudi Muhammad bin Abdullah menganggap Tuhan itu semata-mata rohani dan berada dimana-mana. Seseorang Muslim bisa bersambung langsung dengan Dia, tiada perlu memakai kasta Rabbi atau pendeta sebagai perantaraan atau sebagai tengkulak. Kelangsungan perhubungan manusia dan Tuhan itulah yang menjadi salah satu perkara buat Protestant umumnya, Cromwell dan tentaranya khususnya ketika berperang dengan partai Katholik dan raja-raja Katolik. Ini terjadi juga sesudah lebih kurang seribu enam ratus lima puluh (1650) tahun sesudah Nabi Isa wafat atau lebih kurang 1000 tahun sesudah Nabi Muhammad wafat. Pun disini nyata buat orang yang berpikiran objectief (tenang) pengaruhnya Islam atau Nasrani seperti juga pada Yahudi.

Jadi agamanya Nabi Isa dan Nabi Musa dijalankan pada masa perjalannya nabi Muhammad bin Abdullah di Asia Barat itu tiadalah diambil bulat mentah dengan tiada kritik semata-mata. Tidak saja Muhammad bin Adullah mengambil pokok besarnya agama Yahudi dan Kristen, tetapi pada kemudian harinya Yahudi dan Nasrani walaupun resminya tak mau mengaku terus terang mengambil sifat baru dari Islam. Demikianlah pada Muhammad SAW "ketunggalan" Tuhan itu ke Esaan Tuhan itu sampai ke puncak tak ada kesangsian seperti melekat pada agama Nasrani pada masa Muhamad SAW. Tentangan, terhadap agama Nasrani itu dikeraskan dan dijelaskan pada satu Juz yang pendek, tetapi dianggap terpenting sekali oleh Muslimin: bahwa Tuhan tunggal tak memperanakkan (Nabi Isa) dan tidak diperanakan (Qul huallahuahad …………….dsb).

Karena Muhammad SAW yang mendapatkan ilham tentangan ke Esaan Tuhan yang sempurna dan kesamaan manusia dan manusia lain terhadap Tuhan itu yang masih belum terang benderang buat semua bangsa Yahudi pada zaman nabi Ibrahim, lebih-lebih pada masa Nabi Sulaiman dan kemudiannya tiada terang pula pada Kristen, Katholik, Anatolia atau Rumawi di masa Muhammad SAW, tentulah semestinya Muhammad SAW Nabi yang terbesar dan terakhir but monotheisme, kalau Albert Einstein menyempurnakan teori relativity maka orang tiada berkeberatan menamainya teori itu teori Einstein. Adakah ke Esaan yang lebih pasti dan persamaan manusia dan manusia terhadap Tuhan lebih nyata dari pada agama Islamnya Muhammad SAW ? Juga Nabi Isa mengakui dirinya anak Tuhan dimuka Rabbi dan mengakui dirinya Rajanya Yahudi buat negara 1000 tahun dimuka Pilatus ? Adakah salahnya kalau Muhammad SAW mengaku pesuruh rasulnya tuhan yang terakhir dan terbesar ?

Kepercayaan pada Allah sebagai Tuhannya yang Esa Muhammad sebagai rasulnya dan persamaannya manusia terhadap Tuhan, belum cukup buat mempersatukan sekalian suku Arab yang saling seteru sengketa dan peperangan terus menerus itu. Malah hal itu menimbulkan ejekan kebencian dan caci makian terhadap Muhammad yang oleh penduduk Mekah diketahui sebagai anaknya Adullah dan Aminah. Sama siapakah mereka Arab yang galak ganas itu akan takut dan apakah dunianya berbuat baik di dunia ini kalau sesudah mati semua perkara perhubungan dengan manusia itu berhenti sama sekali? Malah lebih baik jadi orang kuat, kebal, piawai pendekar, berani, jahat, perampok atau apa saja asal bisa dapatkan harta buat kesenangan, perempuan buat permainan dan laki-laki buat hamba sahaya. Di dunia fana inilah mesti dicari puncak kesenangan dengan mendapatkan puncak kekayaan dan kekuasaan, baik dengan jalan halal atau haram. Demikian satu pemikir luhur merasa perlu keterusannya hidup. Tidak didunia fana ini melainkan pada dunia baka pada akhirat. Dengan begitu perlu pula ada jiwa terkhusus yang bertiang dalam jasmani kita. Jasmani dan jiwa itulah kelak sesudah hari kiamat akan dibangunkan kembali dari matinya. Jasmani dan jiwa yang hidup kembali itu akan ditimbang kebaikan dan keburukannya, yang berdosa akan masuk api neraka dan yang saleh akan masuk surga dikerubungi oleh nikmat tak terhingga banyaknya ragam dan lazatnya ditempat permai damai di antara puteri bidadari cantik molek dan manis bagus parasnya, ratusan ribuan banyaknya yang taat saleh, terutama yang mati sahid akan mendapat upah yang kekal dan luhur itu. Kalau kita peramati gurun pasir dan gunung batu Arabia, peramati wataknya Badui sekarang dan gambarkan orang Arab dan Badui semasa nabi Muhammad maka surganya orang Islam itu surga yang tidak sejuk dingin seperti Nirwananya Budha atau suci seperti surganya nabi Isa, maka surga Islam itu kuat seperti kutup Utara menarik jarum pedoman, sebelum sampai ke surga djanatunna’im itu, sesudah Muhammad SAW wafat. Arabia dan Badui yang sudah bersatu itu mendapatkan surga dunia di Siriya, Mesir, Spanyol, Iran dan India. Banjirnya para calon syahid yang mengalir dari Arabia. Tuhan itu ialah Allah dan Muhammad itu ialah Rasulnya. Tiada satu negara dan bangsapun beratus tahun bisa tahan. Begitu cocok surga Islam dan mati sahid dengan masyarakat dan peragai Arab.

Allah itu menurut Logika tentulah tiada bisa "Maha Kuasa" kalau tidak segenap umat manusia, segenap jam dan detik dapat menentukan nasib manusia. Segenap detik dia bisa perhatikan matahari berjalan, bintang dan bumi beredar, setiap detikpun tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia di matikan, sebaliknya manusia janganlah takut menghadapi mara bahaya apapun juga, kalau Tuhan Yang Maha Kuasa itu belum lagi memanggil. Di dunia Islam, hal ini dinamai takdir Tuhan. Di dunia barat hal ini dikenal sebagai pre-destination.

Calvin bapaknya Mahzap Protestant pada abad ke 17 juga mengemukakan hal ini. Oliver Cromwell dan tentaranya di Inggris diakui paling nekat tunggang oleh sejarah Barat, juga mengikut kepercayaan ini, pun disini tak bisa dibantah pengaruhnya Islam pada dunia Kristen.

Memang pemikir yang ulung consequent yang mengesakan Tuhan mesti mengesakan kekuasaannya Tuhan itu. Kalau seketika satu saja kekuasaan dikurangi dipindahkan pada anaknya seperti pada nabi Isa, (anaknya Tuhan) atau Maryam, dan sedetik saja kekuasaan si Atom itu bisa dipegang diluar Tuhan dengan tidak izinnya Tuhan, maka kekuasaan Tuhan itu tiada absolute sempurna lagi. Walaupun si Atom dalam sedetik kalau bisa dikurangi maka kesempurnaannya dikurangi pula bukan?

Itulah maka saya anggap bahwa Agama Monotheisme nabi Muhammad yang paling consequent terus lurus. Maka itulah sebabnya menurut logika maka Muhammad yang terbesar diantara nabinya monotheisme. Kaum Kristen boleh memajukan kedudukan, tingginya kaum ibu maka tingginya kasih sayang dan ta’at setia pada dasar sebagai pusaka dari Nabi Isa.

Tetapi pada masyarakat Arab dimana perempuan tak bisa diangkat ke tempat yang lebih tinggi dari yang dilakukan oleh Muhammad SAW. Tak sedikit ahli sejarah Barat yang mengakui hal ini kalau lama dibelakang wafatnya Nabi Muhammad perempuan dikudungi, dibungkus atau ditimbun-timbunkan ke dalam haramnya Sultan atau Muslim kaya raya buat melepaskan nafsu lelaki, maka itu adalah berhubungan rapat pula dengan keadaan masyarakat Arab. Perkara kasih sayang Muhammad SAW juga seperti nabi Isa berhak mempunyai. Nabi Muhammad berada dalam masyarakat sebesarnya, sebagai pemimpin propaganda, pertarungan peperangan dan masyarakat.

Sedangkan nabi Isa tinggal melayang diatas langit propaganda saja tak mengatur peperangan ekonomi, politik ataupun sosial. Sebab itu lebih gampang memegang dasar kasih sayang itu.

Tetapi Muhammad dengan memaafkan yang dahulunya mau menewaskan jiwanya, mengubah musuhnya itu menjadi pengikut, hambanya dianggapnya saudara kandungnya, bukankah pula kaum Kristen sendiri yang mendapat kedudukan tinggi sekali dibawah itu dengan kaum Nasrani dibawah Rumawi yang berkebudayaan tertinggi pada zaman purbakala itu. Begitu juga dengan teguh tegap memegang dasar itu nabi Muhammad tiada ketinggalan. Ketika seluruh Mekah memusuhi, mengancam jiwanya, dan dalam keadaan begitu menewaskan harta dan pangkat kalau memperhatikan propagandannya nabi Muhammad bersabda: Walaupun di sebelah kiri ada bintang dan di sebelah kanan ada matahari yang melarang, saya mesti meneruskah suruhan Tuhan.

Tetapi semua perkara ini yakni kedudukan kaum isteri dalam masyarakat, belas kasihan kepada semua manusia, taat setia pada dasar sendiri itu, ada lebih rapat berhubungan dengan masyarakat politik ekonomi, pesawat dan iklim dari pada dengan kepercayaan semata-mata, hal ini adalah diluar maksud tulisan ini. Yang dimajukan disini ialah perkara kepercayaan pada ke Tuhanan umumnya dan ke Esaan Tuhan itu terkhususnya. Sekali lagi disoalkan disini, bahwa pada Islam ke Esaan itu tentangan banyak dan sifatnya sampai ke puncak.

Sebab itu pula maka pertentangan dengan ilmu pasti umumnya, madilog terkhususnya sampai ke puncak pula. Pada permulaan buku ini perkara itu sudah dilaksanakan Maha Keesaan Dewa Rah. Pembaca dipersilahkan membaca bagian itu sekali lagi. Sarinya tulisan itu kalau diperhubungkan dengan keesaan Tuhan ialah kalau seperseribu detik saja Yang Maha Kuasa itu membatalkan bumi kita ini menarik matahari dan meletus serta hancur luluhlah kita ke jurusan matahari yang panas terik itu. Kalau sekiranya seperseribu satu detik saja Yang Maha Kuasa itu bisa membatalkan undang tolak tariknya sekalian bintang matahari dan bumi di Alam Raya ini seperti semua kereta diperhentikan dalam satu kota pada satu saat, maka kita manusia, hewan dan benda yang sekarang lekat pada bumi ini akan tarikan bumi akan terpelanting ke awang-awang terus menerus terbangnya.

Jadi menurut Madilog Yang Maha Kuasa itulah bisa lebih kuasa dari undang alam. Selama Alam ada dan selama Alam Raya itu ada, selama itulah pula undangnya Alam Raya itu berlaku. Menurut undang Alam Raya itu bendanya itulah yang mengandung kodrat dan menurut undang itulah caranya benda itu bergerak berpadu, berpisah, menolak dan menarik dan sebagainya. Kodrat dan undangnya yang berpisah sendirinya tentulah dikenal oleh ilmu bukti. Berhubungan dengan ini maka Yang Maha Kuasa jiwa terpisah dari jasmani, surga atau neraka yang diluar Alam Raya ini tiadalah dikenal oleh ilmu bukti, semuanya ini adalah diluar daerahnya Madilog. Semuanya itu jatuh ke arah kepercayaan semata-mata. Ada atau tidaknya itu pada tingkat terakhir ditentukan oleh kecondongan persamaan masing-masing orang. Tiap-tiap manusia itu adalah merdeka menentukannya dalam kalbu sanubarinya sendiri. Dalam hal ini saya mengetahui kebebasan pikiran orang lain sebagai pengesahan kebebasan yang saya tuntut buat diri saya sendiri buat menentukan paham yang saya junjung.